kryptonexo_jung`sdiary

DEAR EXO, #Happy3rdAnniversary

Dear EXO,

Kamu pernah mendengar atau membaca kalimat ini?

“Waktu adalah kemewahan yang kadang tak kau sadari dan kau hambur-hamburkan dari genggaman…

Aku mendapatkannya saat aku membaca novel Javier karya Jessica Huwae. Dan kurasa kalimat itu adalah benar adanya.
Saking tidak menyadari arti kemewahannya, waktu yang berlalu kita isi dengan kesia-siaan yang pada akhirnya menyisakan penyesalan di kemudian hari.

Sebelumnya aku ingin minta maaf karena aku menulis ini tidak sesuai dengan hari yang seharusnya, tanggal 8, seminggu yang lalu. Aku sungguh menyesal, aku harus menyesuaikan dengan berbagai hal terlebih dahulu. Maafkan aku. Tapi ketahuilah, aku punya niat yang tulus untuk menuliskannya untukmu. Kau tahu, aku lebih pandai menyampaikan perasaanku melalui tulisan ketimbang harus berbicara langsung  padamu. Yeah, karena selain memiliki kemungkinan yang nyaris mustahil, mungkin saat kesempatan itu datang, yang ada aku hanya diam terpaku mengagumi keindahanmu, otakku beku serta lidahku kelu tidak bisa menyampaikan apa yang ingin aku katakan. Ough, entahlah, namun dalam hati aku nyaris tak pernah berhenti merajut impianku untuk bertemu langsung denganmu. Bukan hanya bertemu biasa, namun bertatap muka, menjabat tanganmu, dan berbicara selayaknya orang yang sudah lama kenal. Sepertinya itu mimpi setiap fangirl di luar sana. Bagaimana menurutmu? Benar, kan?

Waktu yang berjalan begitu cepatnya membuatku merasa terkejut saat sadar bahwa keberadaanmu tak lagi jadi baru kemarin sore. Kau sudah menapaki tahun ketiga.  Padahal, rasanya masih baru kemarin-kemarin saja kamu muncul ke muka bumi ini.

Tahukah kau, ketika para EXOL yang lain berpesta di sosial media tentang hari jadimu itu, ada rasa iri yang merayapi hatiku.

Kau tahu kenapa?

Jawabannya karena aku merasa aku bukan bagian dari mereka yang tengah berpesta. Jumlah hari, jumlah bulan, dan jumlah tahun kebersamaanku denganmu belumlah sama banyaknya seperti hari-bulan-tahun bahkan mungkin detik yang sudah mereka lalui bersamamu. Aku iri. Aku sedih bersamaan. Dan aku juga menyesal. Menyesal karena aku tidak sedari awal berjalan beriringan bersamamu.

Tapi dibandingkan kata iri, mungkun kata cemburu sejatinya lebih tepat untuk mewakili perasaanku. Ya, aku cemburu. Apa kau puas? Aku cemburu akan banyaknya hari yang telah kau lalui bersama mereka ketimbang denganku.

Jangan tertawa, aku sedang emosional kali ini. Jadi, jangan tertawa atau tersenyum menawan seperti itu dulu. Jangan kacaukan konsentrasi menulisku, ku mohon.

Saat mereka mulai berkicau mengenai hari-harimu di masa lalu, aku hanya bisa terdiam. Membacanya dengan mata berkabut. Namun tak dapat dipungkiri jika di saat yang bersamaan aku juga merasa bahagia. Bahagia karena setidaknya, secara tidak langsung mereka memberitahukanku hari-hari, memori, kenangan yang tidak atau belum kuketahui. Sehingga dari sana, aku bisa menambal keterketinggalanku.

Dari jangka waktu tiga tahun, aku berjalan beriringan denganmu mungkin hanya separuhnya. Dan hari ini akan kuceritakan bagaimana proses aku jatuh hati padamu. Maukah kau berkenan mendengarkan tulisanku? Hahhahaha, kau benar, tulisan itu dibaca bukannya didengar. Namun, anggaplah tulisanku ini memiliki daya magis untuk menyuarakan tiap kata yang kutulis hingga dapat disampaikan dengan baik ke indera pendengaranmu.

Bisa kita mulai sekarang?

Aku mungkin sudah bukan pemain baru di dunia Kpop saat itu. Namun aku bukanlah Kpopers yang fanatik pada satu Idol. Tidak. Aku netral. Berusaha menikmati apa yang aku suka, apa yang menarik, dan tidak peduli apakah itu bernaung dari agensi yang sama atau bukan. Global, menyeluruh. Dan aku pun bukan tipikal Kpopers yang secara rajin serta tekun mengikuti tiap jengkal perkembangan yang ada. Hanya terkadang saja. Seperlunya saja.

Begitu pun saat pertama kali aku mendengar namamu, mengenalmu. Aku bahkan dengan terus terang merasa kamu aneh. Dengan konsep alienmu, dengan kostum yang yeah… aneh. Yah, aku bilang aneh dan… maafkan aku harus mengatakan ini, tapi mungkin saat itu kostummu yang memang disesuaikan dengan konsep serta image alienmu itu terkesan norak dimata kampunganku. Aku bahkan saat itu mencibir adikku yang tergila-gila padamu.

“Ngapain sih, ngefans sama EXO. Aneh tauk!”

Tapi aku tidak munafik, aku menikmati musikmu. Ikut bersenandung pelan ketika lagu-lagumu diperdengarkan. Ikut menganggukkan kepala mengikuti irama yang ada disertai gerakan tangan dan kaki yang samar.

Satu yang paling menarik dari bagian dirimu, seseorang bernama Oh Sehun. Kupikir dia adalah yang tertampan. Visual bukan? Dan kurasa dia memang pantas untuk menyandangnya. Walau sebelumnya, aku sempat tertarik pada sosok D.O. Matanya yang bulat di antara sebelas pasang mata sipitmu yang lain, mengingatkanku pada seseorang di masa lalu. Namun  seiring berjalannya waktu, ketertarikan-ketertarikan itu terkikis. Berakhir sama dengan Idol-Idol lain yang sempat mengundang ketertarikanku. Terbunuh oleh kebosanan.

Ditambah lagi kau pun seolah menepi dari hingar bingarnya muka bumi. Membiarkan para fans-mu menanti dengan harap-harap cemas. Dengan penuh ketidaksabaran menantikan kemunculanmu kembali…

Kemudian di suatu siang yang lesu akibat hawa panas Bekasi yang gemar memaksa keringat keluar dari pori-pori kulit, teman kantorku yang seorang ELF memperlihatkan MV Wolf-mu.

“Ya, sini deh, kamu udah liat MV nya EXO belom yang baru?”

“Belum, kenapa emangnya?”

“Sini deh, liat, aku baru donlot semalem. Lucuk tauk”

Dan aku pun menghampiri mejanya. Menonton MV dari laptop pribadinya. Reaksiku… Mengerutkan kening, kedua alisku mungkin nyaris bertaut.

“Lagu apaan ini?” Batinku.

Lagi-lagi, aku merasa kau membawa konsep yang aneh. Tidak manusiawi. Dari seorang alien ke manusia serigala. Hanya saja, lirik lagumu kali ini sedikit menggelitik dan terus menggelitik ingatanku. Walau pun aneh, tapi entah bagaimana menjabarkannya beberapa lirik lagumu menempel dengan kurang ajarnya di memori otakku.

Geure wolf
Naega wolf
Auuuuu ~ a saranghaeyo

Terkadang itu menjadi bahan lelucon di antara aku dan temanku itu. Namun amat disayangkan, ketertarikan ini juga tidak memiliki masa yang lama.  Menguap begitu saja dengan mudahnya.

Hingga suatu ketika, datanglah hari yang tak pernah aku prediksi akan datangnya perasaan ini. Ketika itu aku tengah berkumpul dengan keluargaku, merayakan lebaran. Sebagaimana keluarga pada umumnya, aku dan adik-adikku–tiga cewek dan satu cowok– mengobrol santai sembari berbaring malas di tempat tidur kamar Ibu. Di tengah obrolan, aku tertarik untuk mengulik isi ponsel adikku yang paling besar. Awalnya niatku hanya untuk memeriksa apa dia punya lagu-lagu baru, jika ada aku ingin memintanya. Lalu beralih dari pemutar musik ke video. Di sana aku melihat videomu dengan judul GROWL. Play. Putaran pertama aku merasa ada yang beda kali ini. Feelnya berbeda. Kuulangi lagi dan lagi entah untuk hingga keberapa kalinya yang lalu kuputuskan untuk meminta video tersebut. Saat itu karena gengsi di masa lalu sempat memperolokmu, aku tak mengakui kalo tindakanku adalah sebuah bentuk ketertarikan. Meski pun adikku menggodaku sedemikian rupa, aku mengelak dengan keras. Hanya untuk koleksi, kilahku saat itu.

Ketika libur lebaran usai, aku harus kembali ke Bekasi. Di waktu luang malam, aku sering mendengarkan musik sebagaimana kebanyakan orang. Aku teringat videomu dari adikku. Kuputar kembali. Rasa penasaran menghinggapiku ketika aku mulai serius memperhatikan tiap detil yang ada. Aku merasa kali ini kamu membawa nuansa yang lebih baru. Lebih manusiawi ketimbang sebelumnya meski lagumu masih bersangkut-paut dengan konsepmu sebelumnya. Namun kali ini, melalui Growl, aku lebih dapat menerima kehadiranmu. Dan aku paling penasaran pada siapakah gerangan yang menyanyikan bagian rap di lagu ini? Dengan formasi kamu lainnya mengelilinginya? Aku bertanya pada adikku melalui aplikasi pesan whatsapp.

“Oh, itu Park Chanyeol”

Dan dimulailah segala pencarian tentang data, fakta, segala sesuatu yang berhubungan denganmu dan seorang bernama Park Chanyeol. Semakin aku menyelami duniamu, semakin aku tersadar akan perasaan apa yang kumiliki. I’ve falling in Love with you…

Nyaris setiap waktu luang yang kumiliki kucurahkan hanya kepadamu. Tiada hari tanpa adanya kamu. Seluruh pikiranku tersita olehmu. Aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Menggila. Tergila-gila padamu. Tertarik hingga terpesona bahkan terkadang hanya dikarenakan hal kecil yang mungkin sempat kusepelekan dulu. Aku jatuh cinta padamu, dengan serius, begitu dalamnya…

Aku pecandu kopi, yang jika sehari saja tak menjumpai minuman dari bubuk hitam itu, rasanya hari tidaklah lengkap. Ada yang kurang. Maka dari itu, kusamakan kau seperti halnya kopi. Nagih. Bikin nyandu. Memabukkan. Kepayang tak karuan.

Mungkin, ini karma karena dulu aku tak mengindahkanmu. Aku sempat berpikir seperti itu. Namun aku mencoba berpikir rasional. Tidak. Bukan karma, melainkan karena kamu memang sosok yang patut dicintai. Kamu sosok yang begitu mudahnya untuk dicintai. Begitu banyak hal dalam dirimu yang begitu indah serta menakjubkan. Hal yang memaksa dengan begitu halusnya untuk mencintaimu lebih dan lebih lagi.

Mungkin sebelumnya aku yang buta tak melihat sinar kemilau auramu. Atau mungkin memang saat itu kau masih bersinar malu-malu hingga terkesan redup.

Kau yang tadinya bukan siapa-siapaku, berubah menjadi salah satu prioritas utama dalam hidupku. Dan kini, aku tak tahu sudah berapa lamanya aku meringkuk dengan nyaman dalam pelukmu. Aku enggan menghitungnya. Aku hanya ingin menikmati tiap waktu yang kita punya, merasakan hangat dekapmu yang ternyaman. Saking nyamannya, aku bahkan enggan beranjak darimu satu kali pun.  Dekap ternyaman keempat setelah Tuhan, Ayah dan Ibuku.

Walau tidak dapat dipungkiri, dari banyaknya waktu yang kita lalui, tidak selamanya menyenangkan. Ada beberapa waktu sulit yang harus kita lalui. Waktu-waktu yang melukai hati kita bersama. Namun biarkanlah yang telah lalu menempati jatahnya sebagai masa lalu. Menempati salah satu laci di lemari kenangan hati kita. Yang bila kita rindu, sewaktu-waktu bisa kita buka sedikit, jika kau mau, mengintipnya sebentar lalu kembali berpaling pada masa ini. Karena tidak ada yang lebih baik kecuali kita mengikhlaskannya, membiarkannya seperti itu adanya ketimbang kita penjarakan dalam ingatan yang malah akan menyakiti semua pihak. Terimalah keadaan, biarkanlah rasa sakit itu mengalir apa adanya, tak perlu kita ngotot untuk mempertahankan hal yang mungkin memang sudah habis masa berlakunya bersama kita. Luka yang ada, biarkan waktu juga yang menutupnya perlahan.

Seperti halnya aku, aku pernah berada di masa sulitku. Aku juga pernah mencintai sebelum kamu. Mencintai dengan akhiran yang tidak sama seperti cerita dongeng. Namun dengan hadirnya kamu, kamu menjadi pelipur laraku paling manjur. Menjadi obat dari rasa sakit itu. Dan aku mau kau pun seperti itu. Bergantunglah padaku.

Darimu aku belajar banyak hal. Belajar apa itu kerja keras. Belajar bagaimana harusnya aku untuk menggapai apa keinginanku. Berkat kamu, aku bisa kembali menguntai benang mimpiku yang sempat kusut. Berkat perantara adanya kamu, aku punya lebih banyak mimpi yang ingin kuraih bersamamu. Karena aku yakin, bersamamu aku bisa menjadi apa yang aku inginkan. Bersamamu, aku merasa dekat dengan mimpiku.

Karena kamu, hari-hariku yang tadinya kelabu menjadi berwarna. Kadang pink, penuh tawa. Kadang biru, haru. Kadang hitam kelabu, sendu. Kadang kuning keemasan, bahagia. Terkadang merah membara, penuh gairah.

Karenamu, aku berani kembali membuka hati. Karenamu, aku berani kembali mencintai. Dan karena itu kamu, aku berani menyatakan diriku bahwa aku sudah move on.

Dan aku ingin kau pun seperti itu. Terbukalah denganku.
Jika kamu lelah, katakan kau lelah.
Jika kamu sakit, katakan kau sakit. Dengan begitu aku bisa merawatmu.
Jika kau ingin menangis, maka menangislah. Tak perlu kau tahan apalagi malu. Menangislah dan biarkan aku mengusap linangan airmatamu. Biarkan aku memelukmu, sekedar menyamankanmu.
Jika kau ingin mengeluh, mengeluhlah padaku. Ceritakanlah apapun yang kau rasa entah itu suka mau pun duka. Aku akan mendengarkanmu. Anggaplah aku tempat sampah dari segala kotoran-kotoran hatimu yang memang harus dibuang. Jangan hanya kau biarkan, kau diamkan, kau timbun. Suatu saat mereka akan menjadi boom yang bisa saja menghanguskanmu. Aku tak menginginkan itu.

Jika kamu tak sanggup lagi berdiri, katakan, agar aku bisa berdiri disisimu, menguatkanmu, meyakinkanmu untuk kembali berdiri dengan tegak. Menopangmu.

Tak perlu mempedulikan apa yang orang ucapkan tentangmu. Jika itu baik, ambillah sebagai bekal hidupmu. Jika itu buruk, coba mari kita pilah, siapa tahu mungkin kita yang salah. Maka alangkah baiknya jika kita bisa mengintrospeksi diri kita, mengevaluasinya sendiri. Namun, jika kita sudah bertindak sesuai, namun mereka masih tetap menghujatmu, jangan hiraukan, mereka hanya orang-orang yang terlalu sayang padamu hingga terjebak dalam kebingungan dan tak mampu mengungkapkannya dengan benar. Anggap saja seperti itu.

Ibaratkan seorang bayi yang berusia tiga tahun, kamu mungkin baru saja bisa berjalan dengan lancarnya setahun yang lalu. Dalam proses belajar berjalannya, tentu ada jatuh dan bangunnya. Seperti itu juga kamu di tahun lalu. Kamu jatuh, tapi kamu mampu berdiri kembali. Dan di tahun ini kamu tengah menguatkan pijakanmu. Meneguhkan langkah-langkahmu. Hanya perlu seperti itu. Ketika kamu terjatuh, maka lekaslah berdiri dan kembali kuatkan pondasi tubuhmu, kokohkan pertahananmu.

Yang perlu kau selalu ingat, seberapa banyak pun orang yang membencimu, ingatlah bahwa ada lebih banyak orang yang mencintaimu. Dan itu aku, kami, EXOL. Yang selalu menantikanmu, mendukungmu, mencintaimu,,,

Di depan kita, jalan yang panjang masih terbentang. Kita tak akan pernah tahu akan apa yang ada di sana yang menanti kita. Kita tidak tahu apa akhir yang ada di ujungnya. Tapi yang aku tahu, kita tak akan pernah tahu jika kita berhenti. Yang harus kita lakukan adalah tetap berjalan hingga ke tempat yang kita tuju.

If you never try, you will never know – Fix You by Coldplay

Yang aku ingin katakan adalah, jangan ragu untuk menggenggam tanganku. Mari kita berjalan bersisian melalui jalan yang katamu adalah jalanan dengan kekacauan yang lengkap ini (Call Me Baby). Mari kita lalui bersama, hadapi apa pun yang mengahadang perjalanan kita ini. Seperti katamu, bukankah jika kita bersama kau tak akan takut pada adanya badai (ElDorado) ?

Dengan banyaknya tiupan angin yang tengah berusaha menumbangkan langkah kita, jangan menganggap ini sebagai pertanda bahwa kita harus berhenti. Bukan. Itu ujian. Ujian kenaikan kelas. Jika kau mampu melaluinya, meski harus dengan terseok sekali pun, di ujung sana kau sudah dinanti oleh kebahagiaan.

Maka mari kita teruskan perjalanan ini. Jika perlu mari kita berlari. Mari kita menguatkan genggaman tangan kita, mari kita menguatkan tekad kita. Kau tak akan bisa melaluinya sendirian, jadi mari kita lakukan bersama-sama. Terus bersama bukan hanya untuk tiga -empat tahun, namun hingga nanti. Hingga waktu yang tak terhingga, hingga akhir. Ya, meski kita tak bersama sedari awal, tapi mari kita bersama hingga akhir.

Untukmu yang selalu menghidupkan bunyi detak jantungku, mari kita tetap bersama hingga waktu yang saaaaaaaaangat lama. Mari bersama kita mengukir sejarah-sejarah lainnya. Aku tahu kamu bisa, kamu sanggup. Maka dari itu, meski pun jalan yang kita tempuh menemui halang rintang, duri, kerikil tajam. Entah jalan itu menurun, menanjak, berbelok dengan curam, mari kita teruskan perjalanan ini. Genggam tanganku, dan mari sekali lagi saling percaya dan menguatkan satu sama lain. Mari kita tunjukkan kepada dunia, kau sejatinya bintang yang sinarnya paling terang di muka bumi ini.

Are you ready???
I am ready, for you…

Dariku, yang tak pernah berhenti kau buat bangga akan hasil kerja kerasmu…

I Love You…

9 tanggapan untuk “DEAR EXO, #Happy3rdAnniversary”

  1. “Waktu adalah kemewahan yang kadang tak kau sadari dan kau hambur-hamburkan dari genggaman… “ aku kayaknya belajar sesuatu dari quotes ini 🙂

  2. njirrrrr,,,
    eon saya nangis baca ini,,,
    kita sama eon,,
    meski dulu saya juga begitu,.,
    tapi sekarang bahkan sedetikpun tak saya buang untk tdk memikirkan exo,,
    salam kenal eon,,

  3. eon serius.. demi apapun cerita kamu sama persis kaya aku.. kecuali dibagian suka mereka pastinya.. eon T.T kamu ini writer novel?? heol! bhkn tulisan mereka kalah jauh sama mereka 😥 salam kenal eon.. kalau ada waktu boleh kan aku kirim email ke kamu 😉

  4. eon serius.. demi apapun cerita kamu sama persis kaya aku.. kecuali dibagian suka mereka pastinya.. eon T.T kamu ini writer novel?? heol! bhkn tulisan mereka kalah jauh sama kamu 😥 salam kenal eon.. kalau ada waktu boleh kan aku kirim email ke kamu 😉

Tinggalkan komentar